Rabu, 24 Februari 2010

JOGJA nol kilometer



Jogya, Jogja, Yogya, Yogja. Ah…, banyak nian nama alias untuk menyebut kota sejuta kenangan itu. Ya betul, bagi saya Jogja adalah kota sejuta kenangan karena saya dilahirkan dan dibesarkan di sana.

Di sana, sebagai pusat kota adalah kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang dibangun oleh Sultan Hamengkubuwono I, pada tahun 1756. Dan kata Ngayogyakarta berasal dari kata ng-ayu-agyo-karto (ayu : beautiful, noble, agyo from ageyo : built, karto : prosperous), it has a meaning that the country was built with a noble wish to bring prosperity. Begitulah kata Lik Sopo Kae. Kini nama Ngayogyakarta Hadiningrat tak lagi sering disebut. Orang lebih suka menyebutnya Yogyakarta, Yogya, atau Jogya gitu aja.

Di seputar kraton Jogja terdapat aneka bangunan kuno seperti: Kantor Pos, Gedung Agung, Pasar Beringharjo, stasiun Tugu dsb. Nah, dulu saya tinggal tak jauh dari stasiun kereta api, stasiun Tugu itu, kira2 ditengah antara stasiun Tugu dan pasar Beringharjo, dekat dengan jalan Malioboro, yakni di kampung Kemetiran Kidul.

Rute jalan dari Kemetiran Kidul ke arah Kraton dulu biasa saya lalui karena SD dan SMP saya di Bruderan (Pangudi Luhur) Kidul Loji yang berada persis di belakang Kantor Pos, di angka kilometer kisaran 0,2 km.

Lho, kalau sekolahan Bruderan itu terletak di km 0,2 lalu titik nol kilometernya di mana? “Titik nol” kilometer itu ada ditengah perempatan jalan depan Kantor Pos.

Dan berangkat dari kilometer nol itu kita akan berbecak ria raun2 kota Jogja, menikmati dan melihat apa saja yang bisa dinikmati dan dilihat di kota Jogja. Ini artinya di kilometer nol inilah CAFÉ BECAK JOGYA beralamat (sementara). Lho tapi kok di situ dilarang jualan? Ya nggak 'pa'pa, CAFÉ BECAK JOGYA ini adanya khan baru di dunia maya.

Wis ngono wae...

(Gambar dari google image)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar